Melacca merupakan Negara persemakmuran di Malaysia, inget ya Negara bukan provinsi, saya juga baru tau sih.

Kereta = taxi

Yang penting bisa merem

Perlu di ingat, kalau kalian mau backpacker ke Malaysia jangan lupa bawa tambahan colokan charger karena disana berbeda dengan di Indonesia (ini 2), tapi untungnya si penjaga hostel yang katanya asli Pakistan dengan baik hati meminjamkan charger nya selama saya menginap (2 hari) free.

Ini perjalanan saya menuju dataran tinggi Dieng, dimana banyak orang lebih memilih beramai-ramai untuk pergi kesana. Tapi mungkin karena saya lagi butuh refresing dan ngerasa kalo saya harus ambil cuti kerja buat liburan, kenapa engga meskipun sendiri.
Tanggal 09 Mei 2018 perjalanan saya di awali dari Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Kutoarjo pukul 05.25wib. FYI St. Kutoarjo merupakan Stasiun terdekat dari Wonosobo.
Di tengah perjalanan menuju St. Kutoarjo saya berbincang dengan orang yang disamping saya, ditanya kenapa sendiri Jalan sendiri dan kenapa masih sendiri). Dan karena mungkin saya udah jadi temen ngobrolnya, akhirnya saya di kasih Siomay yang katanya asli buatan beliau sendiri. Wuihhh rasanya itu enak banget!!

Dari beliau (yang saya gak tau namanya), saya dapet banyak pengalaman dari perjalanan. Mulai dari bertahan hidup sendirian, bangkit dari keterpurukan, berjuang demi keluarga sampai ujungnya mendoakan saya biar cepet dapet temen hidup. Semua itu didapat karena saya pergi sendirian, jauh lebih merasa "oh hidup itu begini yah".

Ukuran Siomay nya 3 jari, lumayan gede

Isinya ini Siomay semua bikinan Beliau

Ini Orangnya, yang gak tau namanya Hhehehe Makasih yah Pak

Setelah 7 jam lebih perjalanan, akhirnya sampai juga di Stasiun Kutoarjo. Sudah jam 1 siang saya buru-buru cari mushola buat sholat dzuhur, dan lanjut cari angkot MPS Purworejo.
Sebelumnya saya berpikir mungkin setelah saya sampai di st. Kutoarjo bakal ada banyak rombongan yang mau ke Dieng. Ternyata gak ada! Hhahahaa mungkin karena bukan weekend kali yah.

Kurang dari 1 jam perjalanan saya sampai di lokasi (saya lupa nama tempatnya) yang mengharuskan saya naek micro bus, sialnya kondisi bus berdesak-desakan bikin napas gak karuan. Ini saya berdiri loh yah karena gak dapet tempat duduk.

Berdiri dan empet-empetan

Di perjalanan yang empet-empetan saya berbincang dengan anak SMA yang salah satunya bernama Iqbal. Dia asli Dieng yang sekolah di Purworejo dan mau pergi ke Wonosobo. Dari sini lah awal perjalanan saya di bukaan pintu tentang bagaimana itu dieng, mulai dari jarak tempuh, lokasi wisata sampai tempat untuk saya menginap, Saya diberi arahan untuk pergi ke Saudaranya yakni Mas Widi, beliau berada di basecamp Patakbanteng (Basecamp terdekat dari Gn Prau).

Jam 18.30 Akhirnya saya sampai di Dataran Tinggi Dieng yang mempunyai desa tinggi kedua di dunia. Pemandangan di Dieng begitu keren banget, pegunungan, hamparan perkebunan kentang, dan juga birunya langit yang begitu asri belum terpapar banyak polusi asap macem Jakarta dan Serang.

Ini Dokumentasinya. ..

Ini kediaman mas widi sekaligus homebase kedua di Patakbanteng, disini juga tersedia penyewaan alat outdoor dan lengkap banget

Selain disuguhi gorengan dan kopi, disini juga saya diberi tungku penghangat. Rasa hangatnya, sehangat pelukan mantan Hhahahaa

Ini ruangan untuk singgah para pendaki yang selonjoran, gausah khawatir kedinginan, tersedia juga selimut dan kamar khususnya kok, harganya murah ala backpackerlah

Foto bareng Mas Widi, kondisinya masih subuh, jd muka keren kita berdua sedikit buram xixixiiii

Golden Sunrise of mt Prau

Sunrise mt Prau view Sindoro-Sumbing

Langitnya masih biru

Ini area untuk evakuasi jika terjadi apa-apa

Sekalipun tripnya kali ini untuk menghilangkan mantan, rasanya susah juga, karena semakin diingat maka semakin terasa (Terasa rasa sakitnya) Hhahahaa

Puncak Prau view Sindoro - sumbing

Dimas Anggara (KW 10)

Jalur Pendakian Pos 3 View Telaga Warna

View Telaga Warna keren banget kalo dari Prau

Pas turun dari puncak ketemu Pendaki asal China, Suci (Qin Shiting)

Waktu Jalan ke Candi Bima, ketemu Sodara Hhehee

Berbekal Flexible pos, akhirnya bisa foto juga

Penjual Kue Sagon di kawasan Sikidang kawasan Dieng

Ini Istri beliau, Orang Jawa sini rajin meski sudah tua tapi tetep bekerja. hebat!

Setelah di beri Tulung susu, Ini lah dia Kue Sagon khas Dieng (gak khas" amat sih) wuenaaak banget

Ini trek menuju Bukit Batu Pandang, masuk sini Bayar 10ribu

Bukit Pandang view Talaga Warna

Bermodalkan flexible pod akhirnya bisa foto begini juga, ini kerja keras loh Hhehehee

Kalo mau ke sini, siapin uang receh yang banyak, ribuan jgn receh beneran karena buat masuknya serba bayar

Moment keren saya di Dieng adalah bisa melihat pertunjukan asli sini. Ini saya lagi di kawasan Dieng, dekat candi Arjuna

Motor ini udah jd teman perjalanan saya selama mengitari kawasan Dieng, makasih mas Widi udah minjemin motornya Hhehee

Pulang dari kawasan Dieng, mampir ke si ibu yg jualan Carica. 7ribu/kilo

Bagi saya dieng merupakan tempat yang begitu menakjubkan bagi para petualang, selain dinginnya cuaca disana, kondisi langit yang masih biru membuat siapa saja yang kesana bakal sejenak berdamai dengan alam. ..

Photo by warungwisata

Desa Candirejo merupakan desa wisata yang berlokasi 3 km ke arah tenggara Candi Borobudur atau sekitar 60 menit dari kota Yogyakarta.

Dulunya, Desa Candirejo adalah kawasan pedesaan biasa yang kerap didatangi oleh wisatawan untuk menginap di sela - sela wisata ke Candi Borobudur. Sekarang desa ini mulai dikenal dan menjadi tujuan wisata yang baru dengan keindahan dan keramahtamahan warganya.

Bagi kalian yang sudah bosan dengan Candi Borobudur atau pengen liburan karena jenuh pekerjaan, kalian bisa cobain suasana Jowo tempoe doeloe.